Kaget Wajah Anaknya Muncul di Uang 75 Ribu, Orangtua Ucap Pemotretan Rahasia, Sempat Dikira China

Bank Indonesia
Uang baru edisi kemerdekaan ke-75 RI yang dirilis Bank Indonesia, Senin (17/8/2020).

Orangtua model anak yang fotonya muncul di uang pecahan Rp 75.000 kaget.
Betapa tidak, foto anaknya itu diambil saat sesi pemotretan.
Saat itu, sang orangtua hanya mengetahui alasan foto anaknya diambil dengan alasan yang rahasia.
Hal unik dialami Ananda Saubaki (7).
Ia adalah sosok bocah dalam gambar di uang pecahan Rp 75.000 edisi khusus kemerdekaan.
Telly Saubaki Saudila pun tak pernah menyangka wajah anaknya tercetak di uang.
Ananda kini duduk di kelas 2 SD Negeri Naikoten 1, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Anak berusia tujuh tahun itu merupakan anak ketiga dari pasangan suami istri, Moris Saubaki dan Telly Saubaki Saudila, warga Kelurahan Fatululi, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.
Telly bangga dengan pencapaian tersebut.
Telly pun menceritakan awal mula wajah anaknya tercetak di pecahan uang edisi khusus itu.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT, kata dia, meminta foto anaknya pada awal 2019.
Foto itu kemudian dikirim ke Bank Indonesia di Jakarta untuk diseleksi.
Tak disangka, Ananda terpilih mewakili Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTT dalam seleksi itu.
Pada 7 Agustus 2019, perwakilan Perum Peruri datang ke Kupang untuk memotret anaknya.
"Waktu itu, kami belum tahu tujuan pemotretan itu untuk apa, karena katanya rahasia," kata Telly kepada Kompas.com di Kupang, Selasa (18/8/2020).


Kaget wajah anaknya di uang Rp 75.000
Saat uang pecahan Rp 75.000 itu keluar, Telly kaget mendapati wajah anaknya di salah satu sisi uang kertas tersebut.
Ia bangga dengan prestasi itu. Apalagi, wajah anaknya bisa dilihat secara luas.
Telly menyebut, ini akan menjadi bukti sejarah dari generasi ke generasi.
"Kami orangtua sangat bangga dan bersyukur, karena anak kami sudah terpilih dan ada fotonya di dalam pecahan uangyang diluncurkan, dalam rangka memperingati kemerdekaan Indonesia kali ini," ujar Telly.(Kompas)

Heboh dikira dari China
Desain uang rupiah khusus Rp 75.000 menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia menjadi sorotan.
Selain desain tiga angka nol yang dicetak lebih kecil, gambar anak-anak yang menggunakan 9 baju daerah tak luput jadi trending.
Menanggapi hal itu, Kepala Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Marlison Hakim menegaskan bahwa anak yang di gambar paling tengah dalam pecahan Rp 75.000 memakai baju adat Suku Tidung, Kalimantan Utara.
"Itu adalah pakaian adat dari Kalimantan Utara, baju adat Suku Tidung. Coba carilah di Google, mengenai pakaian adat daerah Suku Tidung, keluar seperti itu," kata Marlison dalam Taklimat Media Uang Peringatan Kemerdekaan ke-75 Tahun RI secara virtual, Selasa (18/8/2020).
Marlison menyebut, Suku Tidung merupakan asli Indonesia. Dengan digambarnya baju adat Suku Tidung seharusnya membuat masyarakat lebih mengenal keanekaragaman budaya.
"Bukan dari Tiongkok. Ini asli darah Indonesia. Justru (dengan) kita tampilkan 9 daerah itu, kita semua sekarang mencari tahu, oh, ternyata luar biasa kebangsaan Indonesia," ujarnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, 9 daerah yang diambil untuk desain rupiah khusus pecahan Rp 75.000 merupakan pakaian adat daerah yang belum pernah diterbitkan sebelumnya dalam mata uang.
Sembilan daerah mewakili tiap 3 daerah di wilayah barat, tengah dan timur. Dari barat, ada Nanggroe Aceh Darussalam, Riau, dan Gorontalo.
Dari wilayah tengah disematkan baju adat asal Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, dan Gorontalo.

"Sedangkan yang dari timur ada NTT, Maluku, dan Papua. Kita tampilkan anak-anak asli dari daerah tersebut, yang ingin kita gambarkan adalah keanekaragaman dari sisi penduduk," sebutnya.
Adapun pemilihan pakaian adat telah melalui proses diskusi yang panjang. Bank Indonesia telah melakukan koordinasi dan focus group discussion (FGD) dengan berbagai pihak, termasuk Pemerintah daerah setempat.
Koordinasi dilakukan sampai ke level kepala dinas pendidikan dan kebudayaan setempat, dan unit pelaksana teknis balai di daerah masing-masing.
"Contohnya di Kalimantan Utara dab Gorontalo, kita sampai koordinasi ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kota tarakan dan UPT Balai Adat. Di Kalimantan Utara ada Balai Adat Tidung, dan di Gorontalo ada Balai adat Gorontalo kalau di gorontalo. Semua kita lakukan verifikasi dan digabungkan dalam desain," sebutnya.
Seorang netizen di Facebook bernama Mb Hepiniawan juga mengungkap siapa sosok anak yang mengenakan pakaian adat tidung tersebut.
Ia menyebut bahwa anak tersebut adalah keponakannya dan dia mengetahui tahun pemotretan gambar yang digunkan di uangRp 75 ribu tersebut.
"Ini keponakan ku, yg ribut dikatakan mirip china di mata uang baru 75.000, bapak ibu nya asli melayu pontianak, pakai baju adat kalimantan utara.. Ini foto saat sesi pemotretan," tulisnya.
Mengenal Suku Tidung
Tarakan bukan sekadar Kota Minyak. Kota terbesar di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) ini juga memiliki kisah sejarah masa lalu, yakni Kerajaan Tidung.
Kerajaan Tidung yang berdiri tahun 1551-1916 masehi itu dikenal pula sebagai Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka).
Kerajaannya terletak di Pulau Tarakan yang sebelum tahun 2012 masuk bagian Kalimantan Timur. Luas kerajaan membentang hingga Salimbatu.
Tidak hanya Kerajaan Tidung. Ada kerajaan lain di wilayah ini, yakni Kesultanan Bulungan yang terletak di Tanjung Palas.
Saat ini, sejarah dan peninggalan Kerajaan Tidung masih bisa ditemui salah satunya di Baloy Mayo Adat Tidung. Jaraknya hanya sekitar 5 kilometer dari Bandara Internasional Juwata, Tarakan.
Kemegahan Baloy Mayo Adat Tidung
Lokasi Baloy Mayo Adat Tidung berada di kawasan Karang Anyar Pantai, Tarakan Baru. Mencapainya bisa dilakukan dengan kendaraan pribadi atau taksi.
Tarif masuk ke sana hanyalah Rp 3.000 saja. Nantinya wisatawan akan disuguhkan dengan berbagai fasilitas lengkap, mulai dari toilet hingga mushalla dengan gaya arsitektur khas Tidung.
Baloy Mayo Adat Tidung ini dibangun secara mandiri oleh pengampu adat Suku Tidung.
Kemegahan tempat ini langsung tersaji, berupa rumah adat berbahan dasar kayu ulin yang dibangun menghadap utara dengan struktur bangunan tinggi atau tidak berpijak di tanah.
Ada empat ruangan utama di sini yang dikenal sebagai Ambir. Setiap ruang memiliki fungsi dan namanya masing-masing seperti berikut ini:
1 Ambir kiri (Alad Kait)
Alad Kait adalah tempat untuk menerima pengaduan perkara atau masalah adat dari masyarakat.
2 Ambir tengah (Lamin Bantong)
Lamin Bantong adalah tempat di mana para pemuka adat bersidang untuk memutuskan perkara adat.
3 Ambir kanan (Ulad Kemagot)
Ulad Kemagot diperuntukkan sebagai tempat istirahat setelah penyelenggaraan perkara adat.
4 Lamin Dalom
Ruangan terakhir adalah Lamin Dalom yang merupakan singgasana Kepala Adat Besar Dayak Tidur.
Bagian Baloy Mayo lainnya
Sementara itu di belakang rumah, terdapat sebuah bangunan yang berdiri di atas kolam penuh ikan.
Bangunan bernama Lubung Kilong atau Tamba Bayanginum ini adalah tempat penampilan kesenian Suku Tidung seperti Tari Jepen.
Saat ini, wisatawan yang berkunjung ke bangunan ini bisa memberi makan ikan-ikan peliharaan di kolam.
Masih belum habis, terdapat sebuah bangunan seperti sebuah ruang pertemuan terbuka di bagian paling belakang yang dikenal sebagai Lubung Intamu.
tribunnews- Baloy Mayo Adat Tidung yang ada di Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara.
Fungsi bangunan tersebut adalah tempat pertemuan masyarakat adat. Di sini pula terdapat beberapa foto sejarah Suku Tidung dan petinggi adat saat ini.
Wisatawan yang ingin membeli suvenir bisa berkunjung ke sisi kanan bangunan utama. Tersedia beragam suvenir seperti batik khas Kalimantan hingga pakaian adat.
Batik yang dijual tidak hanya kain. Ada pula batik yang sudah berwujud pakaian. Wisatawan pun bisa berfoto dengan pakaian adat Kalimantan Utara di sini.
Waktu yang tepat kunjungi Tarakan
Bulan Desember merupakan waktu terbaik untuk berkunjung ke Tarakan. Selain bisa berkunjung ke Baloy Mayo Adat Tidung, akan ada gelaran tradisi Iraw Tengkayu.
Gelaran tersebut merupakan upacara tradisional yang digelar masyarakat Suku Tidung di Tarakan, Kaltara.
Jalannya upacara tradisional ini adalah menghanyutkan sesaji ke laut yang biasanya dilakukan di Pantai Amal.
Selain itu, akan ada pula gelaran berbagai festival dan pertunjukan kesenian. Biasanya festival semacam ini dilakukan dua tahun sekali dan bertepatan dengan HUT Kota Tarakan.
Tahun ini, gelaran Iraw Tengkayu akan dilaksanakan sepanjang Desember.
Kekayaan budaya Indonesia seolah tidak ada habisnya. Temukan beragam kekayaan budaya Tanah Air melalui laman Pesona Indonesia.(*)




Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel