Derita Orang Miskin, Tak Dilayani Dokter saat Berobat hingga Bocah 2,5 Tahun Ini Meninggal Dunia

Rayani Juniarta Malau

 

Isak tangis ayah dan nenek dari Rayani Juniarta Boru Malau menyedot perhatian di Ruang Rindu Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Minggu (29/11/2020).

Rayani Juniarta Malau (2,5 tahun) penderita kanker mata asal Simalungun itu telah berpulang untuk selamanya. "Boru, jangan tinggalkan bapak," ratap Jannes Malau menagisi jasad putrinya Juniarta yang telah terbujur kaku. 

Juniarta meninggal dunia dengan tangan yang masih terpasang tusukan jarum infus tanpa didampingi ibunya lantaran tak ikut dari Simalungun karena sedang hamil tua.

Mata sebelah kanan Juniarta membengkak hingga sebesar ukuran bola kasti nyaris keluar.

Junirta merupakan anak pasangan dari Debora Boru Sirait ibunya dan ayahnya Jannes Malau Warga Afdeling V Bukit Lima Kelurahan Tanjung, Kecamatan Bosar Maligas Tanah Jawa Kabupaten Simalungun.

Boru Simanjuntak neneknya menyampaikannya, tanda-tanda penyakit dimatanya telah terlihat pada usianya yang ke-6 bulan. 

"Awalnya seperti mata kucing, lalu dironsen. Udah pernah dikemo 14 kali, tapi hasilnya beginilah," ujar Nenek boru Simanjuntak. 

Keluarga telah berupaya membawa Juniarta berobat selama dua tahun lamanya. Termasuk dua hari terakhir bolak-balik dari Medan ke Tanah Jawa lalu kembali lagi ke Medan. 

Kondisi ekonomi keluarga yang tak mumpuni, membuat penpenderitaan Juniarta semakin komplit.

Ayahnga hanya seorang buruh harian lepas di perkebunan tempat mereka tinggal dengan pendapatan yang pas-pasan, dan BPJS mereka pun tak punya.


Neneknya bilang, pada hari Kamis 26 November 2018 lalu, Juniarta mereka bawa ke Medan bersama Jannes Malau orang tuanya.

Sedang Debora tak ikut, lantaran sedang hamil. Sayangnya, meski mereka datang jauh-jauh mereka terbentur administrasi dan pelayanan yang tak maksimal. 

"Dang boi ditangani, sai dokter anak dokter ini. Mulak balging ma imana, i didang-didang omak na ma imana.  Nga loja, nga boha. Dijama dokter pe dang adong (kata petugas di sini harus dokter anaklah, dokter inilah tapi kami tunggu-tunggu tidak kunjung ditangani)," tutur boru Simanjuntak. 

Karena tak ada penanganan, pada keesokan harinya pada Jumat 28 November kedua orang tua dan neneknya pun membawa pulang.

Keadaan Juniarta sudah dalam keadaan sekarat, bahkan dalam perjalanan menuju Simalungun dari Medan awalnya mereka mengira Juniarta lelap karena tertidur padahal karena tak sadarkan diri. 

Tiba di sekitar ibukota kecamatan tempat mereka tinggal, hari pun sudah malam.

Angkutan mobil pun tak lagi ada, sehingga mereka memohon pada petugas Puskesmas yang berjaga si ibu kota kecamatan mereka agar diperbolehkan sementara beristirahat.

Kondisi Juniarta semakin parah, kesokan harinya, pada Sabtu Pukul 04.00 subuh hari mereka pun terpaksa melarikan Juniarta lagi ke Rumah Sakit Haji Adam Malik.

Tiba di Medan, Juniarta pun dibawa ke Ruang Rindu RS Haji Adam Malik dengan keadaan lemah. 

Satu Malam di Rumah Sakit Haji Adam Malik, Juniarta tak lagi mampu bertahan hidup. Pada Minggu, (29/11/2020) Juniarta meninggal dunia dan akhirnya dibawa pulang ke Simalungun. 


Boru Simanjuntak mengaku kesal atas kematian cucunya. Apalagi, selain dianggapnya tak ditangani maksimal ada juga penghimpun dana yang mengatasnamakan bantuan untuk cucunya tak sampai, meski telah berjalan dua bulan lamanya.

Sementara itu, Tribun Medan masih berupaya mengkonfirmasi Manajemen Rumah Sakit Haji Adam Malik.

Rosa Dorothy Simanjuntak Humas Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, hingga berita ini diturunkan belum menjawab konfirmasi Tribun Medan melalui telepon selulernya.

Sumber: Tribun Medan



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel