Ayah Biadab yang Cabuli Putri Kandungnya di Porsea Masih Berkeliaran, Ibu Korban Kecewa Pada Polisi
MAURITS PARDOSI / TRIBUN MEDAN Korban cabul dengan inisial TN (9) dan ibu kandungnya dengan inisial BDT (44) |
Kasus pencabulan anak terjadi di satu desa di Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba.
Kasus ini telah dilaporkan oleh pihak keluarga korban kepada pihak kepolisian di Polres Toba pada Kamis (24/12/2020), namun hingga kini pelaku diduga belum ditangkap oleh pihak kepolisian.
Hal inilah yang membuat keluarga merasa kesal dan berharap pihak kepolisian tangani kasus ini secara serius.
“Laporannya kami buat tanggal 24 Desember dan sampai sekarang belum ditanggapi,” ujar ibu kandung korban dengan inisial BDT (44) saat disambangi di rumah keluarganya di Porsea, Kabupaten Toba pada Selasa (2/2/2021) dan dikonfirmasi ulang pada Rabu (3/1/2021).
Ibu kandung dari korban pencabulan dengan inisial TN (9) ini meminta agar polisi menangkap pelakunya, walau pelaku adalah ayah korban.
Bukan hanya ke pihak kepolisan, keluarga juga telah membuat pengaduan ke pihak Perlindungan Anak. Dan mereka masih menunggu tindak lanjut berikutnya.
Dalam penanganan kasus ini, pihak keluarga mengatakan bahwa kepolisian diam saja.
“Saya rasa, tidak ada respon mereka itu sampai sekarang. Dan saya sudah pernah menanya itu sebelum melapor ke Perlindungan Anak. Ya, jawaban mereka hanya begini, ‘kami kan Bu berusaha mencari’. Lalu saya bilang apakah mereka sepelekan kasus ini karena buktinya sampai sekarang, pelaku tidak kami tahu apakah sudah ditangkap atau tidak. Mereka diam aja,” sambung BDT.
Perlakuan yang dinilai keluarga bejat dan biadap ini harus mendapatkan hukuman yang setimpal dari penegak hukum. Bahkan, ia mengatakan secara tegas bahwa perbuatan suaminya takkan ia maafkan karena telah melukai perjalanan masa depan putrinya.
Korban dengan inisial TN adalah anak kedua dari dua bersaudara dan kini tengah duduk dibangku Sekolah Dasar kelas III. Perlakuan bejat ayahnya ternyata membuat dia terpukul dan malu melihat teman sebayanya di sekolah.
Dari penuturan ibu kandungnya, TN kerap memilih bermain dengan saudaranya sendiri yang tengah duduk di kelas V SD karena tidak sanggup memandang teman-teman sekelasnya dan sebayanya.
“Harapan saya, kalau pelakunya sudah dapat, biar dia menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatannya yang bejat dan biadab. Tidak ada pengampunan saya bagi dia (pelaku cabul), anak saya yang perlu saya lindungi. Saya tidak terima kehormatan putri saya direnggut oleh ayahnya sendiri,” sambung BDT.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan minimnya perhatian khusus yang diberikan oleh pihak keluarga suaminya pascakejadian tersebut. Keluarga pelaku memilih diam akan kasus ini, padahal korban adalah anak dari pelaku sendiri.
“Keluarga dari pelaku juga diam aja, mereka tidak ada datang menjumpai kami atau putri saya sebagai korban. Tidak ada pernah nanya bagaimana kondisi putriku, atau kondisi kami setelah kejadian itu,” pungkasnya.
Sumber: Tribun Medan